KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas
kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Peradaban Islam Pada Masa dinasti Abbasiyah” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator
terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada Guru pengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok 4 yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian
tugas ini.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Akhirnya
penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan
pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Campaka, 25 Februari
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam peradaban ummat Islam, Bani
Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang
terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh
masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh
Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal
inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat
Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang
melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui
bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh
dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita
mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk
mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat
ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
sejarah berdirinya Bani Abbasiyah ?
2.
Seperti
apa masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
3.
Apa
saja yang diperoleh pada masa kejayaan Bani Abbasiyah ?
4.
Apa
faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah ?
5.
Bagaimana
akhir masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
BAB II
ISI
Peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada
tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah
pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat panjang, yaitu
lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani
Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang
berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan
oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi'ah terhadap
pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi'ah selama
pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena kebijakan-kebijakan
yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein
Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Keturunan ini bekerjasama untuk
menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada
dua tahap :
·
Gerakan
secara rahasia
Propoganda
Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia,
akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan
kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir,
Marwan bin
Muhammad.
Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di
Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di
eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
·
Tahap
terang-terangan dan terbuka secara umum
Tahap ini
dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan
kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di
Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia
tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu
pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad
as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Setelah Abul Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi
mengambil Damaskus sebagai pusat pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai
pusat pemerintahannya, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Para pendukung Bani
Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus
2) Kota
Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung
Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah
3) Kota
Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan ancaman
bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan khalifah Al-Mansur
(754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbas yang
baru.
B. Masa kekuasaan Bani Abbasiyah
Selama dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Berdasarkan pola pemerinthan itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan
Bani Abbasiyah pada empat periode :
·
Masa
Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai
meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
·
Masa
Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai
berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M.
·
Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai
masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447 H/1055 M
·
Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai
jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun
656 H/1258 M.
1). Masa Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa ini
diawali sejak Abul Abbas menjadi khalifah dan berlangsung selama satu abad
hingga meninggalnya khalifah Al-Watsiq. Periode ini dianggap sebagai zaman
keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena keberhasilannya memperluas
wilayah kekuasaan.
Wilayah
kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut
Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang
cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah khalifah Abul Abbas
ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi
(785-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), Al-Ma'mun (813-833
M), Ibrahim (817 M), Al-Mu'tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2). Masa Abbasiyah II ( 232 H/847 M-334 H/946 M)
Periode
ini diawali dengan meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga
Buwaihiyah bangkit memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta
menjadi khalifah, masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki.
Setelah
Al-Mutawakkil meninggal dunia, para jendral yang berasal dari Turki berhasil
mengontrol pemerintahan. Ada empat khalifah yang dianggap hanya sebagai simbol
pemerintahan dari pada pemerintahan yang efektif, keempat pemerintahan itu
adalah Al-Muntasir (861-862 M ), Al-Musta'in (862-866 M), Al-Mu'taz (866-896
M), dan Al-Muhtadi (869-870 M). Masa pemerintahan ini dinamakan masa
disintegrasi, dan akhirnya menjalar keseluruh wilayah sehinngga banyak wilayah
yang memisahkan diri dari wilayah Bani Abbas dan menjadi wilayah merdeka
seperti Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
3). Masa Abbasiyah III (334 H/946 M -447 H/1055 M)
Masa ini
ditandai dengan berdirinya Dinasti Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini jatuhnya
Khalifah Al-Muktafi (946 M) sampai dengan khalifah Al-Qaim (1075 M). Kekuasaaan
Buwaihiyah sampai ke Iraq dan Persia barat, sementara itu Persia timur,
Transoxania, dan Afganistan yang semula dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah
beralih kepada Dinasti Gaznawi. Kemudian sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah
berdiri di Mesir.
Kekhalifahan
Baghdad jatuh sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan, khalifah
meminta bantuan kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah cukup kuat dan
berkuasa karena mereka masih menguasai Baghdad yang merupakan pusat dunia islam
dan menjadi kediaman Khalifah
Pada akhir
Abad kesepuluh, kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak
memiliki kekuasaan diluar kota Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah berhasil
dipecah menjadi dinasti Buwaihiyah di Persia (932-1055 M), dinasti Samaniyah di
Khurasan (874-965 M), dinasti Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti
Umayyah di Spanyol (756-1030 M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171 M), dan
dinasti Gaznawi di Afganistan (962-1187 M)
4). Masa Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa ini
ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih pemerintahan
Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu ketika tentara
mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh dunia Islam
terutama bagian timur.
C. Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyah
terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun
(813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan
melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya
mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga pendidikan pada masa Bani
Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat
ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang
sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan, selain itu
juga ada dua hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
a) Terjadinya asimilasi antara bahasa
Arab dengan bahasa bangsa lain yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak
yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.
Bangsa-bagssa itu memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan.
Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat,
dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika,
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di
berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b) Gerakan penerjemahan berlangsung
selama tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun
Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu
Astronomi dan Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga
tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan
kedokteran. Dan pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama
setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang
diterjemahkan semakin meluas.
Di zaman khalifah Harun al- Rasyid
(786-809 H) adalah zaman yang gemilang bagi Islam. Zaman ini kota baghdad
mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat
cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari segala penjuru ke
Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut
adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa
kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya dengan perkembangan
Universitas Islam.
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani
Abbasiayah adalah sebagai berikut :
v Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah
ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi
kedokteran Yundisapur dan Harran.. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan
dokter terkenal diantaranya sebagai berikut
·
Hunain
Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata dan
penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
·
Ar-Razi
(809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan
campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya
dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
·
Ibnu
Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi
At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa
dan negara-negara Islam.
·
Ibnu
Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh
darah dan penyakit cacar. Dll.
v Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang
yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir Bir ra'yi,
aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist dan pendapat
tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua lebih menekan pada
logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang terkenal pada masa ini
adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan karangannya jami'
al-bayan fi tafsir Al-Qur'an, Al-Baidhawi dengan karangannya Ma'alim
al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanyaal-kassyaf, Ar-Razi(865-925
M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan lain-lainnya.
v Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah Umar
Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk
mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang
paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul
ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang
terkenal ialah Imam
Bukhari (W.256
H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti
terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam
Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H)
terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim,
buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam
dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh
Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam
Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa'i oleh Al-Nasa'i ( W.303 H)
dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam
buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
v Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika
dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini
disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih besar
pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal
jamaah. Muncul Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai
akal (rasio) dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung
memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi'i
(150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra'yi, dengan Ahl
al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang
merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes dari
aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih dapat kita temukan
sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah,
dan sebagainya.
v Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga
muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah.
Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah
meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya'
Al-Din, yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj (858-922 M)
menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi
menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan
bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
v Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke
bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika
islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar
wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah
Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli
ilmu matematika.
v Ilmu Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa Bani
Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi
tentang obat-obatan), jami' al-mufradat al-adawiyah (berisi
tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
Dan masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani
Abbasiyah berkuasa, hal ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir
(1226-1242 M) memerintah ia mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang
dapat dibanggakan karena telah mampu melampaui Universitas di Eropa. Mereke
mempunyai Fakultas-fakultas yang sempurna, mahaguru digaji berdasarkan banyak
mahasiswa yang terdapat dalam Fakultasnya, setiap Mahasiswa dan Mahaguru
mendapatkan satu dinar emas setiap bulannya, dan rata-rata setiap Fakultas
tidak ada yang kurang dari 3000 Mahasiswa didalamnya. Setiap Mahasiswa boleh
makan ke dapur umum Mahasiswa dengan Cuma-Cuma, sebuah perpustakaan besar
terdapat dalam Universitas itu. Setiap mahasiswa yang berkeinginan menyalin
buku-buku atau ingin menyusun buku baru, ada sebuah kantor yang mengurus
persediaan kertas, pena dan tinta untuk keperluan itu. Disamping Universitas
dibangun sebuah rumah sakit untuk mahasiswa diperiksa kesehatannya, hal inilah
yang menyebabakan berbagai Universitas di Eropa mengambil contoh pada
Universitas Mustansiriah itu.
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab
kemunduran Bani Abbasiyah adalah :
1. Luasnya wilayah kekuasaan Bani
Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan
dengan itu, tingkat saling percaya antara penguasa dan pelaksana pemerintah
sudah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi angkatan
bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan negara sangat sulit karena
biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan
militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
E. Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah
adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu
Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan yang berkuasa di Cina
sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk
mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad
dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu
tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir Al-Mu'tashim
billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin. Tawaran tersebut
tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu timbullah kemarahan dari pihak
Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan
terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan
memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau
menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan
penyerangan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bani Abbasiyah merupakan masa
pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa keemasan dan kejayaan dari
peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah kekayaan negara
melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam
mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul
para tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat
umum seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini telah ada lebih dari 800 dokter
yang berada di kota Baghdad. Dalam bidang matematika melahirkan ilmuan bernama
Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol. Demikian juga dari biang ilmu
agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu
tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada masa
pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin,
karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan
dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi, dan
pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir pemerintahan Khalifah
Bani Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang sangat parah. Hal ini
disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah mengahncurkan pusat
peradaban Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat ilmu pengetahuan
yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu ummat Islam yang
tak ternilai harganya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Drs.
Amin, Samsul Munir,M. A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah,
2009
·
Prof.
Dr. H. Harun, Maidir dan Drs. Firdaus, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam
jilid II, Padang : IAIN-IB Press, 2001
·
Dra.
Hj. Ismail, Chadijah, sejarah pendidikan Islam, Padang : IAIN-IB
Press, 1999
·
Wahid,
N. Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudaan Islam, Solo : PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009
·
Dr.
Yatim,Badri, M. A, Sejarah Peradaban Islam ( Dirasah Islamiyah II ), Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar